Jumat, 21 Desember 2012

PERMAINAN TRADISIONAL YANG TAK POPULER LAGI


Oleh: Irwan P. Ratu Bangsawan
Mungkin kita masih ingat ketika masih kanak-kanak, kita sering bermain pantak lele, enggrang, mobil-mobilan, atau perahu-perahuan yang terbuat dari kayu pulai. Penulis sendiri pernah merasakan betapa nikmatnya memainkan berbagai permainan tersebut. Ketika masih kanak-kanak, saat sore hari seusai sekolah, kami sering memainkan permainan tradisional, seperti pantak lele,di halaman sekolah penulis di Sembawa. Hari-hari nampaknya selalu dipenuhi dengan keceriaan.
Saat ini, sudah sulit untuk menemukan anak-anak memainkan berbagai permainan tradisional tersebut. Permainan (dolanan) tradisonal sudah semakin tergeser oleh berbagai permainan modern yang serba canggih dan lebih menantang. Anak-anak kita sudah sangat akrab dengan PS3 atau berbagai game online. Anak-anak tidak lagi bertemu di halaman sekolah atau tanah lapang lainnya, melainkan di persewaan PS3 atau di warung internet (warnet).
Kehadiran permainan modern tersebut, memang harus dipahami sebagai bagian dari perkembangan zaman yang menuntut sesuatu yang serba instan. Hal ini berbeda dengan permainan tradisional yang dinilai tidak praktis dan kurang menantang.
Bersosialisasi Melalui Permainan
Saat ini, sudah terlalu sering kita mendengar banyak orangtua yang mengeluhkan bahwa anak mereka lebih sering menghabiskan waktu mereka dengan bermain games. Anak-anak mereka cenderung kurang bersosialisasi dengan teman sebaya mereka. Hal ini berbeda jika mereka bermain permainan tradisional. Dalam permainan ini, selain anak-anak menjadi lebih guyub, juga bisa menjadi sangat sehat karena banyak bergerak sehingga bisa sekaligus berolahraga.
Menurut Made Taro, yang merupakan salah satu seniman Bali, permainan modern tidak bisa dipungkiri kehadirannya. Menurutnya, permainan tradisional memiliki beberapa kelebihan. Permainan tradisional itu bersifat kolektif. Dengan kata lain, permainan tradisional itu harus dimainkan oleh banyak orang. Tentunya hal ini akan mendidik anak-anak untuk bergaul, bersosialisasi dengan teman sebayanya, dan mencari teman bahkan melatih anak untuk berdemokrasi.
Keunggulan yang kedua adalah proses di mana dalam permainan tradisional menonjolkan proses permainannya. Mulai dari proses mencari teman-teman yang diajak untuk bermain, berdemokrasi memilih permainan hingga membuat aturan permainan.
Keunggulan yang ketiga adalah permainan tradisional tidak pernah berhubungan dengan barang jadi. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Dengan keterbatasan media tersebut, para pelaku permainan akan berpikir lebih kreatif  dalam menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Sedangkan PS, masih menurut Made Taro, kurang mengasah kreativitas anak-anak karena mereka bermain diatur oleh program, kemudian dapat menimbulkan kecanduan bagi para pemainnya. Bila anak-anak kecanduan games maka anak tersebut akan terus menerus meminta uang kepada orang tuanya hanya untuk bermain games. Bagi kalangan menengah ke bawah, hal ini menjadi masalah besar merupakan pemborosan dalam keuangan keluarga.
Senada dengan hal tersebut, Made Merta menambahkan permainan tradisional lebih kreatif karena menyangkut semua gerakan fisik. Selain itu, permainan tradisional juga menekankan pada kebersamaan, sportivitas dan solidaritas yang terjalin antarpemain. Hal ini berbeda dengan game modern yang mengacu pada sifat individual dan jauh dari rasa kebersamaan.
Melestarikan Permainan Tradisional
Tak populernya permainan tradisional menyisakan kekhawatiran tentang kelangsungan permainan tersebut. Bahkan bisa dikatakan permainan tradisional akan memasuki masa kepunahannya. Sebagai sebuah tradisi yang diwariskan turun temurun, permainan tradisional pada saat ini telah dikalahkan oleh perkembangan teknologi. Harus kita akui bahwa pada saat ini, sulit sekali menemukan permainan tradisional. Bahkan mungkin sebentar lagi permainan tradisional tinggal nama belaka.
Untuk itu upaya-upaya untuk melestarikan permainan tradisional harus segera dilakukan. Berbagai pihak, seperti orangtua, guru, sekolah, bahkan Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata, Seni Budaya, Pemuda dan Olahraga harus mulai mengenalkan kembali berbagai permainan tradisional kepada anak-anak. Orangtua sudah harus menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Terutama untuk pengenalan permainan tradisional ini. Sementara tugas pemerintah lebih ditekankan pada pemberdayaan kembali para guru, terutama guru TK dan SD, untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang permainan tradisional sehingga nantinya pengetahuan ini dapat disalurkan kepada murid-murid (***)
Irwan P. Ratu Bangsawan
Pekerja Seni dan Sekretaris BPH Dewan Kesenian Banyuasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar